Kamis, 27 Desember 2012 - , , , , , , , , , 0 komentar

Up My Life - 2013


Nama                    : Syarif Thoyib
Alamat                  : Jalan Nusa Indah 536 Maoslor, Maos , Cilacap
Saat ini saya masih bekerja sebagai PNS di Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah Jawa Tengah II Bidang Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat.
Selain itu, saya juga berbisnis berbagai macam, mulai pulsa, loket PPOB, Property, Logam Mulia, Dinar, Dirham, Oriflame, K-Link, SophieParis dan masih banyak lagi.
Tahun 2010 saya mengalami kekacauan usaha, karena kena tipu bisnis model investasi, dengan mengalami kerugian , mungkin secara total jenderal sekitar 200juta rupiah, dengan dibantu mertua dan isteri, kejadian aku lupakan, dan mulai merintis dari bawah lagi.
Dan saat ini, kertas ini saya tulis, saya mempunyai beberapa obsesi, dan insya Alloh dimudahkan dengan disertai Sholat, Puasa, dzikir, sedekah dan lain sebagainya, diantaranya:
  1. Berangkat haji bersama isteri Barokahtun Alfiah
  2. Memberangkatkan haji Orang Tua dan Mertua
  3. Punya usaha dengan cabang sebanyak 25buah ditahun 2013 dengan karyawan 50 orang
  4. Membuka lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya
  5. Mendirikan sebuah yayasan yang bergerak dibidang Pendidikan dan Sosial
  6. Membeli lahan seluas 1 ha untuk didirikan sebuah Pondok Pesantren Penghafal Al-Quran dengan cara patungan usaha
  7. Membuka usaha rental mobil
  8. Mengurangi beban riba dan pada gilirannya menciptakan ekonomi syariah
  9. Meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitar.

Semoga Alloh Ta’ala memberkahi dan memudahkan niat yang telah saya tulis ini, amin ya robbal ‘alamin
Rabu, 05 Desember 2012 - 0 komentar

Spiritual Gathering In Jogja

hari Senin, sudah ada niat untuk menghadiri acara Spiritual Gathering, Businnes it's easy bersama ustad Yusuf Mansur.

rencana awal bp. Suwarno berniat ikut, karena sekalian mau silaturahmi ke ust. fadlan, setelah cek sana-sini akhirnya batal, sebelumnya saya dah minta konfirmasi ke rekan-rekan Jogja, jam dan tempat acaranya, dari SMS yang aku kirim jawabnya beragam, ada yang tidak tau, ada yg tau, tapi gak detail, selebihnya tahu dan lebih detil jam dan lokasi acaranya.
pulang kantor bersama pak martin, pak Satria, pak Cahyo, mas Agus dan pak Ibnu, meluncur ke Jogja sambil ngobrol sana-sini, kemudian aku putuskan, kalau aku harus nginep dan make sepeda motor agar leboh praktis, karena aku prediksikan, jamaah yang hadir, pastilah banyak dan bejubel.
setelah menurunkan pak Ibnu di parkiran bandara Adi Sucipto, kemudian mas Agus turun di pertigaan Janti, kemudian dilanjut dengan menurunkan pak martin dan pak Satria di Terminal Giwangan, kumudian aku dan pak Cahyo meluncur ke wonosari...
setelah mandi, kemudian menuju mushola sebelah rumah untuk menunaikan sholat 'isya, selesai sholat kemudian makan malam yang sudah disediakan isteri pak Cahyo.
seperti tadi aku ceritakan diawal, mobilku aku tinggal di pak Cahyo, aku pinjam sepeda motor Vario yang abru dibeli, agar leboh praktis
sekitar jam 20.00 tiba dilokasi yang berada di kampus UIN Sunan Kali Jaga Jogjakarta, acara belum dimulai, pengunjung dah banyak yang memenuhi ruangan aula, oh ya..sepeda motor aku parkir di seberang kampus, karena pak Satpam mengarahkan motor ke sana.
setelah mengisi formulir kehadiran yang sudah disediakan,a ku menuju ke Aula, subhanalloh, ribuan jamaah menghadiri acara ini.
acara dibuka dengan bacaan alfatikhah kemudian, dilanjutkan pembacaan ayat suci Al-Quran
setelah diselingi dengan nada dan dakwah, kemudian ustad YM muncul
beliau bercerita banyak tentang contoh-contoh kedahsyatan sedekah dengan disertai kisah-kisah yang inspiratif
di akhir acara diadakan lelang sedekah, untuk ibu-ibu dipersilahkan berdiri bagi yang mau bersedekah perhiasan, baik gelang,cincin dan sejenisnya.
untuk kamu lelaki, yang mau bersedekah sepeda motor, menghampiri ustad YM dan bersalaman...

setelah ditutup dengan doa, bagi yang bersedekah spontan, pihak panitia menyiapkan kardus dan sorban untuk disumbangkan ke Pondok Pesantren Penghafal Al-Quran Yogyakarta.

Anak kecil menafkahi Keluarga Besarnya

Anak kecil itu menafkahi keluarga besarnya. Keluarga yang sangat besar.

Kedua orangtuanya, kakek neneknya, kakak dan adiknya, paman dan bibinya, serta keponakan dan saudaranya semua. Anak kecil itu harus menghidupi mereka semua.

Memang kedua orangtuanya dan kakak adiknya juga bekerja untuk memperoleh penghasilan. Namun tetap saja anak kecil itu yang menjadi tumpuan dengan penghasilan lebih dari 70 persen penghasilan total keluarga itu.

Memang sudah menjadi takdir, bahwa anak kecil itu yang bertugas mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Andaikan anak kecil tersebut tidak mencari nafkah, niscaya keluarga itu tidak akan bertahan hidup lama. Sebuah amanah besar yang harus dipikul seorang anak kecil.

Anak kecil itu dibiarkan bekerja sendiri dengan tenaga sendiri dan relasi kerja yang dimiliki sendiri. Tidak semua anggota keluarga bersedia membantu, walaupun sekedar memberikan informasi/data dimana pekerjaan yang banyak menghasilkan uang.

Kakek neneknya, pamannya, bibinya, keponakanya dan kakak adiknya enggan memberikan informasi dan data, padahal mereka semua memiliki data dan informasi tersebut. Anak kecil itu sering merasa kesulitan untuk memperoleh informasi ataupun data. Sehingga hal ini berpengaruh pada produktivitas anak kecil tersebut.

Susah payah dan banting tulang mengumpulkan pundi-pundi uang. Hanya sedikit anggota keluarga ataupun saudarnya yang bersedia membantu. Kondisi yang demikian sering menyebabkan pendapatan anak kecil itu tidak maksimal. Tidak sesuai target yang dibebankan dipundaknya.

Kalau penghasilanya tidak memenuhi target yang dibebankan, otomatis konsekuensi harus diterima anak kecil itu. Luapan kemarahan harus rela diterima. Sesuatu yang rasanya tidak adil.

Saudaranya hanya tahu bahwa mereka harus dijatah uang sejumlah sekian untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Kalau kurang, otomastis kesalahan harus ditimpakan pada anak kecil itu.

Pada sisi lain, acapkali orangtuanya, kakek neneknya, kakak adiknya, paman bibinya ataupun keponakannya tidak berhemat dalam membelanjakan uang tersebut. Uang yang dikumpulkan dengan susah payah dibelanjakan secara tidak efisien. Bahkan tidak jarang dibelanjakan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Kalupun diingatkan, justru kemarahan dan omelan yang diterima.

Anak kecil itu hanya bisa menerima dengan iklhas. Anak kecil itu menyadari dan memahami bahwa anggota keluarga yang melontarkan omelan dan cacian tersebut pada dasarnya karena alasan kecintaan pada keluarga ini. Bagaimana membangun keluarga ini secara bermartabat sehingga meningkat kesejahteraannya. Alasan yang sama dengan anak kecil itu, bahwa dia menerima iklhas beban pekerjaan itu karena kecintaan pada keluarga.

Tugas anak kecil itu memang berat, tapi itulah amanah yang harus ditunaikan. Anak kecil itulah Direktorat Jenderal Pajak. Dengan biaya operasional sebesar Rp5 triliun, Direktorat Jenderal Pajak harus mampu menghimpun penerimaan pajak sebesar Rp885 triliun. Rasio biaya operasional dengan pendapatan yang diperoleh sebesar 0,5  persen. Padahal cost of collection beberapa negara  mencapai  tiga persen sebagaimana yang pernah diungkapkan Dirjen Pajak Fuad Rahmany.

Jumlah pegawai pajak saat ini sekitar 32 ribu orang. Secara sederhana dapat dihitung bahwa setiap pegawai pajak berkontribusi sebesar Rp27 miliar terhadap penerimaan negara. Pada sisi lainnya setiap pegawai pajak menghabiskan biaya sekitar Rp150 juta untuk biaya operasional pemungutan pajak. Angka di atas hanyalah perhitungan sederhana. Ilustrasi yang menggambarkan bahwa pegawai pajak memiliki efisiensi dan produktivitas yang baik.

Penerimaan pajak beberapa tahun terakhir menunjukkan kenaikan yang signifikan. Pertumbuhan rata-rata penerimaan pajak selama kurun waktu 2005-2010 tercatat sebesar 16,05 persen. Sementara pencapaian di 2011 bertumbuh sebesar 18,27 persen (lebih besar dari rata-rata 2005-2010). Bahkan pertumbuhan penerimaan pajak Semester 1-2012 mencapai angka 19,48 persen(pertumbuhan tertinggi sejak 2005).  Diharapkan penerimaan 2012 mencapai target. Realisasi di semester pertama telah mencapai 45 persen, sementara tingkat penerimaan pajak akan relatif naik di semester kedua berdasarkan pola penerimaan pajak selama 10 tahun ini.

Namun demikian pendapatan negara masih jauh dari mencukupi untuk kebutuhan belanja. Setiap tahun terjadi defisit anggaran. Tahun 2012 ini diperkirakan defisit anggaran sebesar Rp 190 Triliun. Darimana uang untuk menutup defisit tersebut, secara sederhana hanya dengan dua cara, yaitu menaikkan pendapatan atau mengurangi belanja negara. Alternatif lainnya adalah menutup belanja dengan  uang pinjaman. Itu langkah yang diambil pemerintah saat ini.

Pos penerimaan juga digenjot untuk menutuf defisit. Pendapatan negara bersumber pada penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. Meningkatkan penerimaan dari pos pendapatan pajak menjadi pilihan pemerintah saat ini. Direktorat Jenderal Pajak dengan segala sumber daya yang ada dituntut untuk menopang kebutuhan belanja negara. Direktorat jenderal pajak akan mampu menutupi beban belanja negara bilamana dilakukan dua langkah besar. Pertama adalah penguatan Direktorat Jenderal Pajak secara kelembagaan dan yang kedua adalah peningkatan kapasitas sumber daya organisasi.

Pertama adalah penguatan secara kelembagaan. Saat ini Direktorat Jenderal Pajak berada di bawah Kementerian Keuangan. Direktorat Jenderal Pajak dipimpin seorang pejabat eselon I di bawah Menteri Keuangan. Direktorat Jenderal Pajak membawahi lebih dari 500 Kantor yang terdiri atas kantor wilayah, kantor pelayanan, kantor penyuluhan maupun kantor lainnya. Jumlah pegawai terbesar di Kementerian Keuangan. Perlu dikaji lebih jauh terkait pemberdayaan organisasi Direktorat Jenderal Pajak dengan meningkatkan status dan kedudukan unit kerja ini. Apakah setingkat dengan kementerian atau badan khusus yang bertanggung jawab secara langsung kepada presiden.

Penguatan kelembagaan ini akan memudahkan Direktorat Jenderal Pajak dalam upaya optimalisasi penerimaan pajak. Upaya Ekstensifikasi dan Intensifikasi berjalan lebih maksimal. Contoh sederhana adalah pemanfaatn data pihak ketiga. Selama ini data wajib pajak tidak dimiliki. Padahal Undang Undang 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sudah mengatur dengan jelas dipasal 35 dan 35A. Pasal 35A ayat 1 berbunyi, “setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).”

Langkah kedua adalah peningkatan kapasitas sumber daya. Sumber daya yang utama saat ini adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Hampir semua kantor pelayanan pajak saat ini kekurangan jumlah pegawai. Direktorat Jenderal Pajak memiliki 32 ribu pegawai, dimana kebutuhan yang ideal adalah sekitar 60 ribu pegawai. Jumlah SDM masih jauh dari ideal. Untuk itu perlu dilakukan langkah nyata untuk peningkatan kapasitas sumber daya meliputi penambahan jumlah pegawai dan peningkatan kualitas pegawai. Langkah ini tentu akan menambah biaya operasional. Cost of collection akan meningkat tajam, namun tidak akan lebih dari 1,5 persen. Masih rendah dibandingkan beberapa negara tetangga.

Dua langkah tersebut setidaknya akan membuat Direktorat Jenderal Pajak tumbuh dari anak kecil menjadi pria dewasa. Pria dewasa yang mampu menjadi tulang punggung dalam mencukupi kebutuhan hidup keluarga.



Oleh EF. Budi Utomo
Pegawai Direktorat Jenderal Pajak
*) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis dan bukan cerminan sikap instansi dimana penulis bekerja.

Okezone